Hipertensi Kehamilan

Temukan jawaban untuk pertanyaan umum tentang hipertensi selama kehamilan

Pertanyaan Seputar Hipertensi Kehamilan

Informasi tentang hipertensi yang terjadi selama kehamilan

Tidak semua obat aman saat menyusui. Biasanya dokter akan memilihkan obat yang risikonya sangat kecil pada bayi melalui ASI—aturan pemilihan obat mirip dengan saat kehamilan. Khusus methyldopa sebaiknya dihindari karena bisa meningkatkan risiko depresi setelah melahirkan.

Karena kondisi tekanan darah pada ibu hamil sangat dinamis dan bisa berubah, baik karena pengaruh kehamilan maupun efek obat. Kontrol rutin membantu pemantauan tekanan darah, efek samping obat, dan pertumbuhan janin agar tetap sehat hingga persalinan.

Tidak boleh! Perubahan obat atau penghentian obat harus atas instruksi dokter. Perubahan dosis atau jenis obat sendiri bisa berisiko tinggi bagi ibu dan janin.

Penggunaan obat memang memiliki risiko, namun jika tidak diobati risikonya bisa lebih besar untuk ibu dan janin. Beberapa obat tertentu, seperti labetalol, bisa membuat bayi mengalami pertumbuhan lebih lambat atau detak jantung lambat, tapi umumnya aman jika di bawah pengawasan dokter. Obat yang jelas berisiko tinggi pada janin, seperti ACE inhibitor dan ARB, harus dihindari

- Labetalol (beta-blocker): Sering jadi pilihan utama. Bisa menurunkan tekanan darah dengan baik, tapi perlu pemantauan detak jantung janin karena dapat menyebabkan detak jantung lambat pada bayi. - Alpha methyldopa: Sudah dipakai selama lebih dari 40 tahun, dikenal sangat aman bagi ibu dan bayi. - Calcium channel blockers (misalnya nifedipin, amlodipin): Juga cukup aman digunakan saat hamil

Risikonya meningkat, akan tetapi tidak pasti terjadi. Ibu dengan riwayat preeklampsia perlu pemantauan ekstra saat mengalami kehamilan berikutnya.

Hipertensi pada ibu hamil bisa menyebabkan komplikasi serius seperti preeklamsia, solusio plasenta, kelahiran prematur, hingga kematian janin jika tidak ditangani dengan baik

Kondisi tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil, biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Bisa berbahaya jika tidak dikontrol karena mempengaruhi kerja organ ibu dan pertumbuhan janin.

Hipertensi kehamilan spesifik terjadi pada ibu hamil, dan jenisnya berbeda. Hipertensi gestasional: Muncul saat hamil, hilang setelah melahirkan. Preeklampsia: Hipertensi + ada protein dalam urine/kerusakan organ.

Segera ke dokter/bidan jika mengalami: ✔️ Sakit kepala berat tak kunjung hilang ✔️ Pandangan kabur atau berkunang-kunang ✔️ Nyeri ulu hati hebat ✔️ Bengkak mendadak di tangan/wajah ✔️ Bayi kurang bergerak

Jika tidak ditangani, dapat terjadi omplikasinya seperti: Eklampsia (kejang pada ibu) Solusio plasenta (plasenta lepas sebelum waktunya) Bayi lahir prematur atau berat badan rendah.

Tidak dianjurkan. Beberapa bahan herbal bisa berinteraksi negatif dengan kehamilan. Konsultasikan terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan.

✅ Kontrol rutin ke bidan/dokter (minimal 8 kali selama hamil), terutama setelah menginjak Trimester 3, kontrol dilakukan setiap 1 bulan hingga 2 minggu sekali ketika menginjak 9 bulan ✅ Ukur tekanan darah tiap kunjungan. ✅ Konsumsi makanan rendah garam & tinggi protein. ✅ Jangan minum obat darah tinggi tanpa resep dokter!

Bantuan Cepat

Temukan jawaban cepat untuk pertanyaan tentang hipertensi kehamilan.

Punya Pertanyaan?

Jangan ragu untuk menghubungi kami jika Anda memiliki pertanyaan atau membutuhkan bantuan.

Email Kami WhatsApp
Ikuti Kami